Rivalitas Militer China VS Amerika

Kenaikan anggaran militer tidak dapat dilepaskan dari peningkatan kemampuan ekonomi sebuah bangsa. Ketika sebuah bangsa memasuki masa kemakmuran kebut



Kenaikan anggaran militer tidak dapat dilepaskan dari peningkatan kemampuan ekonomi sebuah bangsa. Ketika sebuah bangsa memasuki masa kemakmuran kebutuhan untuk meningkatkan anggaran belanja militer pun terjadi sebagai konsekwensi keinginan untuk melindungi keamanan dan kemakmuran bangsa bersangkutan. Namun beberapa negara meningkatkan anggaran belanja militernya sedemikian rupa sehingga melampaui kebutuhan untuk melindungi warganya dari serangan musuh. Persiangan ke- naikan anggaran belanja militer ini besar-besar antara AS dan China lebih mencerminkan tumbuhnya rivalitas militer kedua negara.

Berdasarkan laporan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute) 2021 AS dan China merupakan dua negara paling besar anggaran militernya. Sepanjang tahun 2020 AS telah mengeluarkan anggaran militer sebesar 778 milyar dolar AS. Jumlah anggaran ini naik sebanyak 4% dari anggaran militer tahun 2019. Kenaikan anggaran ditengah pandemi global ini disebabkan adanya kebutuhan untuk menanggapi meningkatnya ancaman kompetitor strategis China dan Rusia. Sedangkan China merupakan negara dengan anggaran militer kedua terbanyak didunia dengan jumlah anggaran sebanyak 252 milyar dolar AS. Anggaran militer China mengalami kenaikan 1,9% dibanding anggaran tahun 2019. Namun jika dihitung sejak 2011 hingga 2020 maka kenaikan anggaran itu berjumlah 76%. Kenaikan luar biasa ini berangkat dari keinginan China untuk mengejar ketinggalan dari kekuatan militer terkemuka yang lain.

Upaya China untuk mengejar ketertinggalan belanja militer dari AS dan tanggapan AS dengan terus menaikkan anggaran belanja militernya merupakan indikasi bahwa ada semacam rivalitas militer pada kedua negara. Kenaikan anggaran belanja militer AS sendiri mencerminkan reaksi AS terhadap apa yang terjadi di China dan Rusia.

Menguatnya Pengaruh Global Angkatan Bersenjata China Rivalitas AS China dalam bidang militer tidak dapat di- lepaskan dari semakin kuatnya pengaruh Angkatan Bersenjata China (PLA) di tingkat global saat ini. China dituntut oleh kebutuhan untuk mampu melindungi keamanan lebih dari 1 juta wargnya yang ada di luar negeri, 140 juta warga China yang bepergian setiap tahunnya, sekitar 40.000 perusahaan China yang tersebar di berbagai negara, serta properti dan investasi diluar negeri yang nilainya tidak kurang dari 7 triliun dolar AS.4 Salah satu sukses operasi militer PLA adalah ketika pecah perang di Libya. Pemerintah China segera mengirimkan sebuah fregat Xuzhou untuk mengevakuasi 35.860 warga China dan 2103 pekerja kontrak dan warga asing dari kondisi yang tidak menentu di Libya.5 Pasukan penjaga perdamaian China juga bertugas Republik Demokrasi Congo, Lebanon, Mali, Sudan Selatan dan Sudan. Angkatan Laut China juga melakukan patroli di Teluk Aden dan perairan Somalia. Dikalangan Dewan Keamanan PBB Angkatan Bersenjata China tergolong yang paling besar dan termasuk kedua terbanyak sumbangan dananya untuk pasukan pemelihara perdamaian.

Disamping memperkuat peran PLA di tingkat global, China juga mengembangkan aspek komersial dari industri persenjataannya. Kini China mulai dikenal sebagai eksportir senjata. Selama 12 tahun terakhir China telah mengekspor 16 juta amuninisi ke negara-negara Asia, Timur Tengah dan Afrika.8 Antara 2010 hingga 2020 China berkembang menjadi eksportir senjata kelima terbesar di dunia setelah AS, Rusia, Perancis dan Jerman. Selama periode tersebut China telah menjual 16,6 milyar TIV (ukuran penjualan menurut SIPRI). Sebanyak 77,3% diekspor ke negara-negara Asia, 19,1% dijual ke Afrika dan sisanya 3,6% ke kawasan dunia yang lain.9

Kedekatan geografis antara Pakistan dan China mempermudah kedua negara mengembangkan bisnis persenjataan. Sejak 2010 China mensuplai 586,9 juta TIV senjata ke Pakistan setiap tahunnya. Kedua negara juga berkolaborasi membangun pesawat tempur JF-17. Bahkan kedua negara sedang bekerjasama membangun kapal perang fregat Type 054AP. Tipe 054AP ini sudah diluncurkan bulan Agustus 2020 dan Januai 2021. Dua kapal perang yang lain akan diserahkan ke Pakistan pada akhir 2021 atau 2022.10

Bangladesh termasuk salah satu pelanggan utama senjata dari China dan merupakan pemasok senjata terbesar ke Dakka. China membantu Bangladesh dengan pinjaman dalam jumlah besar. Tahun 2013 China menjual dua kapal selam bekas kelas Ming 035G dengan harga hanya 100 juta dolar AS per kapal. Sejak 2006 China mensuplai ribuan senjata laras panjang dan pistol.

Myanmar adalah negara ketiga di Asia Selatan yang menjadi pelanggan tetap senjata China. Sejak 2013 Myanmar telah mengimpor 970 juta TIV dari China. Senjata utama yang dibeli antara lain 17 buah pesawat tempur ringan JF17 yang merupakan hasil kerjasama China dan Pakistan, 12 buah Pesawat Tanpa Awak (UAVs) Rainbow, dan 2 pesawat transpot Y 8, 2 buah kapal perang fregat tipe 43, dan 76 buah kendaraan lapis baja Tipe 92. Pada saat kudeta meledak bulan Pebruari 2021 China diketahui mengoperasikan Pesawat Tanpa Awak UAVs taktis jenis CH-3A buatan China.12 Thailand termasuk salah satu negara ASEAN yang membutuhkan bantuan China untuk memperkuat angkatan bersenjatanya. Sejak 2017 Angkatan Laut Kerajaan Thailand telah memesan sebuah kapal selam buatan China. Pemerintah Thailand juga telah memesan sebuah kapal amphibi buatan

China memperluas pasar persenjataanya hingga ke Timur Tengah dan Asia Tengah. Pesawata Tanpa Awak merek Wing Loong buatan Chengdu Aircraft Industry yang merupakan sebuah anak perusahaan dari Aviation Industry Corporation (AVIC), salah satu industri pertahanan China terbesar. Mesir, Saudi Arabia, Kazakhstan, Pakistan, Uni Emirat Arab, Uzbekistan telah membeli jenis Pesawat Tanpa Awak tersebut. Uni Emirat Arab telah membeli Wing Ling I dan Wing Long II dan media dunia mencatat UEA menggunakan Wing Long II dalam serangan udara di Libya Januari 2020.

Peningkatan Anggaran Belanja Militer China

Dewasa ini anggaran militer China menduduki posisi kedua terbesar sesudah AS. Berdasarkan keputusan Konggres Nasional Rakyat China pada awal Maret 2021 pemerintah China mengalokasi anggaran pertahanan 2021 sebanyak 209,16 milyar dolar AS.15 Anggaran pertahanan China merupakan kedua tertinggi di dunia setelah AS. Akan tetapi jumlah lebih banyak dari gabungan anggaran pertahanan India, Rusia, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan tahun 2019. Peningkatan anggaran pertahanan China tersebut sudah barang tentu meningkatkan ancaman China terhadap kepentingan AS dan sekutu-sekutunya. Perkembangan ini mendorong Presiden Joe Biden menginstruikan Menteri Pertahanan AS Lyoid Austin untuk melakukan review global atas kemampuan AS dan sekutunya dalam menghadapi semakin menguatnya kemampuan militer China.

Anggaran pertahanan suatu negara merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan militer suatu negara. Meskipun demikian sebagai sebuah negara non-demokratis tidak mudah mengetahui sejauh mana alokasi anggaran pertahanan berkaitan dengan kekuatan militer China dalam arti sesungguhnya. Karena China dikenal tidak benar-benar transparan dalam memaparkan anggaran pertahanannya. Meskipun demikian sebuah kajian menarik tentang pengem- bangan teknologi AI dalam sistem persenjataan China menjadi salah satu kajian penting yang mengungkapkan kelemahan dan kelebihan teknologi persenjaaan China dewasa ini.

Sangat menarik bahwa pengembangan teknologi AI yang begitu hebat di China sangat tergantung pada akses teknologi AS. Perusahaan-perusahaan AS lah yang sesungguhnya mensuplai, data, softwere dan bahkan pendanaan. Bahkan chip-chip komputer yang digunakan pada sistem AI militer China didisain oleh perusahaan-perusahaan AS seperti Intel, NVIDIA, dan Xilinx yang dibuat di Taiwan. Perusahaan- perusahaan tersebut tidak hanya menjual langsung ke PLA tapi juga kontraktor-kontraktor swasta di China. Bahkan dalam penelitian tersebut 60% merupakan kontraktor swasta. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya sistem pengawasan terhadap ekspor produk teknologi tinggi AS ke China banyak mengandung kebocoran dan kelemahan. Apalagi China juga melakukan pembelian langsung ke perusahaan teknologi tinggi online yang dapat diakses secara umum. Sekalipun demikian hal terpenting dari isu anggaran belanja pertahanan China ini adalah kemampuan militer China jelas semakin kuat dengan jumlah anggaran pertahanan kedua terbesar di dunia sesudah AS.

Dalam pertemuan Aspen Security Forum di Washington awal Nopember 2021, Jendral Mark A. Milley, Kepala Staf Gabungan, menyatakan bahwa keberhasilan China dalam bidang ekonomi selama empat dekade membantunya melakukan investasi dalam bidang militer dan membuatnya sebagai tantangan militer No. 1 bagi AS.  Selama periode tersebut China mampu mengubah pasukan infantri menjadi pasukan yang memiliki kemampuan dalam bidang angkasa luar, dunia maya, di darat, laut, udara dan dibawah permukaan laut. Kemajuan China menambah kompleks tantangan AS saat ini. Saat ini AS harus berhadapan dengan Rusia dan China dan membuat dunia benar-benar sangat tidak stabil.

Pengembangan Senjata Nuklir China

Sudah sejak 1964 China dikenal sebagai negara pemilik senjata nuklir. China tidak berhenti menjadi negara nuklir namun terus berusaha mengembangkan sistem persenjataan nuklirnya lewat berbagai upaya. Saat ini China telah memiliki 20 silo tempat menyimpan peluru kendali balistik antar benua. Para pakar independen AS memperkirakan China akan mampu membangun 200 silo untuk menyimpan peluru kendalai ICBM. Upaya pengembangan persenjataan nuklir ini berlangsung ditengah situasi internasional yang tidak kondusif bagi kemajuan China di masa depan. Berbagai tekanan Barat terhadap China, khususnya yang dikembangkan AS membuat China menyimpulkan tentang perlunya membangun kemampuan nuklir yang kuat agar negara-negara Barat mengakui sepenuhnya kekuatan China dewasa ini.

Upaya pengembangan senjata nuklir juga merupakan perhatian utama Xi Jinping yang dalam sebuah pertemuan nasional pada Maret 2021 menyatakan perlunya militer mempercepat pengembangan kemampuan deteren strategis. Pernyataan ini memperkuat asumsi bahwa China benar- benar menyiapkan diri untuk mengembangkan kekuatan nuklirnya. Pentagon melaporkan bahwa China memang benar-benar sedangkan mengembangkan kekuatan nuklirnya dan pada tahun 2030 diperkirakan akan memiliki 1000 hulu ledak nuklir. Disamping itu, kekuatan maritim China pun mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan para pejabat militer di Pentagon. Angkatan Laut China kini telah memiliki 360 kapal dan pada 2030 China diperkirakan akan memiliki 425 kapal yang beroperasi di lautan.

Pengembangan militer China saat ini benar-benar menimbulkan keprihatinan dikalangan anggota Kongres AS dan para pejabat Departemen Pertahanan AS. Selama beberapa dekade AS menikmati posisinya sebagai kekuatan ekonomi dan militer terkuat di dunia. Sehingga potensi pergeseran perimbangan kekuatan global ke China merupakan persoalan serius bagi AS. karena bukan tidak mungkin pergeseran ke China dapat menghancurkan aliansi Indo Pacifik yang sedang dibangun AS bersama sekutu- sekutunya. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Milley, juga menyatakan bahwa China telah menjadi negara yang luar biasa kuat. Ia benar-benar menjadi tantangan bagi AS dalam 10 hingga 20 tahun mendatang.

Senator James Inhofe (Republiken, Oklahoma) menyata- kan bahwa kita benar-benar dalam situasi yang genting jika memperhatikan apa saja yang sudah dilakukan dan sedang dilakukan pihak China. Sementara itu, anggota House, Mike Rogers juga menyatakan bahwa AS harus segera menanggapi China dengan melakukan modernisasi sistem pertahanan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Joe Biden sendiri tampaknya akan mengulang sikap keras Donald Trump terhadap China walaupun ia meng- gerakkan sekutu-sekutunya untuk menghadapi China. Akan tetap saja Biden mengambarkan hubugannya dengan China sebagai “persaingan yang ekstrim” menegasikan nada moderat pada sikap nya terhadap China. John J. Mearsheimer menggambarkan hubungan AS-China sejak Trump sebagai kembalinya Great Power Politics. Joe Biden tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari tragedi yang digambarkan Mearsheimer diatas. Kedua negara tampaknya terjebak kedalam perang dingin baru. Dan AS harus menghadapi China sebagai pesaing yang jauh lebih kuat dari Uni Soviet dimasa perang dingin. China sudah sedemikian kaya sehingga sudah terlambat bagi AS untuk memaksakan kehendaknya agar China bersedia mengikuti segenap kehendak AS. Yang pasti akan terjadi adalah kompetisi dan dan konflik antar dua negara besar dan itulah tragedi yang sesungguhnya dari politik antar negara besar.


Prof. Dr. Bambang Cipto, MA 

SOSPOL
Post a Comment
Top comments
Newest first
Table of Contents
Link copied successfully.